Kita tak harus berprofesi dokter untuk dapat menjaga kesehatan anak-anak. Kita tidak harus menjadi psikolog untuk dapat mengetahui emosional dan mental mereka. Kita tidak mesti menjadi guru untuk dapat mengajarkan buah hati membaca dan matematika. Kita juga tak harus menjadi ustad/ustazah untuk mengajarkan mereka ngaji dan mengenal Tuhannya. Kita cukup menjadi diri kita untuk bisa menjadi orang tua yang baik, yang kita perlukan hanya tekat yang kuat, semangat yang membara, ilmu yang terus di update, sabar yang tak bertepi, dan doa yang terus kita panjatkan pada Yang Maha Kuasa agar kita dapat menghantarkan anak-anak kita ke depan pintu gerbang kesuksesannya.
Setiap orang tua mengingginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tapi orang tua banyak yang lupa bahwa makanan terbaik pertama bagi anak adalah ASI. Kita beri bayi mungil kita dengan susu frmula ratusan ribu perkaleng karena tergoda iklan, padahal sufor itu tak mampu ia cerna bahkan dapat menyebabkan resiko kanker (selasi.net)
Kita ingin anak yang kuat gak gampang penyakitan, tapi kita sering terlalu cemas anak panas, batuk dan pilek. Kita sering memberinya obat kimiawi berlebihan yang dapat membunuh bakteri baik dalam tubuhnya. Akhirnya anak-anak kita menjadi anak yang lemah dan rentan penyakit (dr. Purnamawati., SpAK)
Makanan anak kita juga sering tak bergizi. Masa nasi dicampur mi. Keduanya kan karbohidrat. Kalaupun kita sediakan menu seimbang ternyata anak tak suka sayur, tak suka ikan, tak suka ayam. Maunya telur dadar......Sebagai orang tua cerdas kita tak boleh kehilangan akal. Potong sayur kecil-kecil, parut tempe, campur ke dalam telur, jadi deh telur dadar. Banyak jalan menuju Roma.......
Emosi kita juga sering meledak-ledak tatkala anak-anak membuat berantakan rumah, membuat kotoran di lantai, dinding, atau apa saja. Kadang kita tak segan melakukan kekerasan ketika anak tidak mau makan. Hati-hati bunda dan ayah, anak-anak akan menduplikasi sifat kita. Kalau kita sering marah-marah, maka anak-anak kita akan bertemperamen yang sama kelak.
Mereka lebih sering kita ajak ke mall ketimbang toko buku. Mainan yang mereka miliki lebih banyak boneka atau mobil-mobilan ketimbang buku. Kadang kita juga tak segan membelikanya sepatu atau baju yang mahal agar terlihat lebih cantik dan lucu. Akhirnya anak-anak kita tak suka membaca, anak-anak kita menjadi konsumtif......
Kita juga lebih senang mengajarkanya menyanyi ketimbang mengaji. Mungkin terbesit juga di hati kita untuk menjadikanya bintang cilik. Ah anakku sudah berapa ayat-ayat pendek dan doa sehar-hari yang bisa kau hapal nak?......
Ketika masa sekolah tiba, kita tak segan mengeluarkan uang jutaan untuk sekolah yang katanya terpadu, kurikulum internasional, sekolah faforit, sekolah unggulan, sekolah alam dll. Padahal sekolah macam itu belum tentu seperti yang diiklankanya dan belum tentu juga cocok untuk anak kita.
Ternyata menjadi orang tua memang tidak mudah. Tapi tidak juga sulit asal kita mau memberikan seluruh cinta kita padanya, cinta yang tulus dan murni. Menatapnya dengan cinta, membelainya dengan cinta, memakaikan bajunya dengan cinta, menyuapinya dengan cinta, menegurnya dengna cinta, memarahinya juga dengna cinta.
Akhirnya yuk terus kita bergandengan tangan, saling berbagi, saling memotivasi, saling menginggatkan agar kita bisa menjadi orang tua yang terbaik, menjadi orang tua yang bijak, menjadi orang tua yang amanah, menjadi orang tua yang profesioanal, menjadi orang tua yang dibanggakan oleh alam dan seluruh isinya ini.....
Insya Allah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar