Nabi SAW. pernah bersabda;
“Tidaklah
kamu bercampur dengan keduniaan itu melainkan kamu dikotori sebagaimana
orang yang masuk ke air, pasti akan basah”.
Nabi Isa Alaihissalam pernah berkata :
“Orang yang cinta kepada dunia itu ibarat orang yang
meminum air laut, makin diminum makin haus hingga akhirnya ia binasa, namun dahaga tidak juga hilang”.
بسم الله الرحمن الرحيم
Bismillahi minal awwali wal akhiri.... Bismillahi Nawaitu Lilahi Ta'ala.....,
Jika hendak memilih teman sejati atau pasangan hidup sesungguhnya, lihatlah dirinya ketika menghadapi masalah dan bagaimana cara dia menyelesaikan masalah tersebut. Sebab sosok pribadi yang sesungguhnya terlihat disaat bagaimana dia menyeselesaikan masalahnya.
Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama, kullama zada al mathlub sho`uba masalikuhu wa katsura `aqabatuhu wa thala zamanuhu. Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.
Manusia didesain oleh Alloh SWT dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal manusia bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati manusia bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani manusia bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat manusia dinamis mencari dan dengan hawa nafsu manusia menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.
Manusia di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain manusia juga menyukai kesulitan. Manusia tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung.
Banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa ? karena manusia memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah. Ada keindahan dalam kesulitan yaitu disaat kita menyandarkan semua kesulitan kepada Sang Khaliq.
sumber : agussyafii blog
aku ingin menjadi matahari, yang selalu bersinar di pagi hari, memberi
harapan baru bagi setiap umat manusia..... menyemangati dikala putus asa
dan menemani dikala sendirian.... Sinarku insya Allah memberi panas yang dibutuhkan
untuk sekedar menghangatkan jiwa dan Qalbu yg sakit yg hampir mati dalam kebekuan belantara nafsu Liar Syahwat atau mencoba tuk mau merubah warna jiwa siapa pun para insan umat Islam Diennullah-Nya menjadi aneka nikmat-Nya yg selalu akan bersyukur.....
Hukumi aku dengan kasih sayang-Mu.., bukan dengan keadilan-Mu....
بسم الله الرحمن الرحيم
Bismillahi minal awwali wal akhiri.... Bismillahi Nawaitu Lilahi Ta'ala.....,
Manakala engkau menunutut ganjaran atas suatu amal, maka engkau dituntut keikhlasan dalam beramal. Cukuplah bagi orang yang bimbang jika ia menemukan keselamatan. (Kitab Al Hikam).
Saudaraku, apabila engkau menuntut upah / pahala untuk sesuatu amal perbuatan, pasti engkau juga akan dituntut kesempurnaan dan keikhlasanmu dalam beramal melakukan perbuatan itu.
Terkadang sebuah amal masih banyak cacat celanya di sana sini. Bagi seorang yang merasa belum sempurna amalnya, maka ia harus merasa cukup puas jika ia telah selamat dari tuntutan Allah terhadap (kesempurnaan ibadahnya).
Sahabatku sedapat mungkin janganlah engkau menuntut keadilan kepada Allah. Mungkin engkau mengetahui sebuah dalil, bahwa orang yang beribadah akan masuk surga. Yang karenanya engkau menuntut surga karena engkau telah melakukan suatu ibadah.
Harus kau ketahui ibadah seperti apa yang bisa memasukkan seseorang ke surga. Tentu ibadah yang sempurna bukan ? sahabat, jika ibadahmu tidak sempurna, bukankah masih untung Allah tidak marah dan menghukummu karenanya.”
Saudaraku, janganlah engkau menuntut surga karena ibadah shalatmu. Tapi tuntutlah kasih sayang Allah kepadamu. Jika Allah menyayangimu, maka Ia akan menghukummu dengan kasih sayang-Nya, dan memaafkan ketidaksempurnaan cacat cela ibadahmu. Dengan demikian ibadah shalatmu tetap dianggap ibadah yang sempurna, dan tercatat atas namamu.
Jangan engkau meminta keadilan hukum kepada Allah. Engkau tidak akan sanggup menghadapinya. Jika Allah menghukummu dengan keadilannya, maka cacat dan cela dalam shalatmu dapat melahirkan kemarahan-Nya dan hukuman yang pahit. Sedangkan jika Allah menghukummu dengan kasih sayang-Nya, maka Allah akan seperti seorang ibu, yang akan tetap menyayangi anaknya, walaupun anaknya bengal dan membantah perintahnya.
Sebagaimana dua orang pernah berkata :
Khair Annassaj berkata: Timbangan amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan kurniaNya, dan itulah yang baik bagimu. Al-Wasithy berkata: Ibadat-ibadat itu lebih dekat kepada mengharap maaf dan ampun daripada mengharap pahala dan upah.
Annash-rabadzy berkata: Ibadat-ibadat itu bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya, lebih dekat kepada mengharap maaf daripada mengharap pahala dan upah.
Bukankah seyogianya kita minta maaf sama Allah karena shalat kita yang belepotan itu, kemudian berdoalah seperti ini, “Ya Allah, hukumi aku dengan kasih sayang-Mu, jangan dengan keadilan-Mu.”
Amin......
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar