Minggu, 31 Januari 2010

RAHASIA SUJUD WAKTU SHOLAT

Firman Allah SWT yang bermaksud:- " Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat Kami ialah orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhan dan mereka tidak menyombongkan diri" (Surah As-Sajadah ayat 15).

KabarIndonesia - Seorang doktor di Amerika telah memeluk Islam kerana beberapa keajaiban yang ditemuinya dalam penyelidikannya. Dia amat kagum dengan penemuan tersebut, sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang doktor neurologi. Setelah memeluk Islam, dia amat yakin akan pengobatan secara Islam dan dengan itu telah membuka sebuah klinik yang diberi nama "Pengobatan Melalui Al-Quran."

Kajian pengobatan melalui Al-Quran membuatkan obat-obatannya berpatokan apa yang terdapat di dalam Al-quran. Diantara cara-cara yang digunakan adalah berpuasa, mengkonsumsi madu, biji hitam (blackseed) dan sebagainya. Apabila ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam, maka doktor tersebut memberitahu bahwa semasa beliau melakukan kajian urat saraf, terdapat beberapa urat saraf di dalam urat manusia yang tidak dimasuki oleh darah.

Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu cukup lama, akhirnya beliau mendapati bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia melainkan pada ketika seseorang itu sedang sujud saat mengerjakan Sholat. Urat tersebut memerlukan darah hanya untuk beberapa saat saja. Yakni, darah hanya akan memasuki urat tersebut mengikut kadar Sholat waktu yang diwajibkan oleh Islam.


Columbia University State

pernah melakukan penelitian tentang otak. Ternyata, di otak terdapat sebuah bagian yang tidak teraliri darah. Tapi, bagian tersebut dapat teraliri darah bila kita melakukan gerakan khusus seperti sujud yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Walaupun tidak menyebutkan secara gamblang tentang waktu-waktu tersebut, tapi waktu-waktu tersebut berada sekitar Sholat Lima Waktu yang kita (Umat Islam) lakukan setiap hari. Efek dari teraliri-nya bagian dari otak tersebut adalah dapat membuat kerja otak menjadi maksimal. Sehingga, kemampuan otak dalam bekerja (seperti, menghitung, menghapal, belajar dan lain-lain) bisa lebih baik dan tentunya menambah kecerdasan otak kita.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan Sholat, maka otaknya tidak akan dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Dengan demikian, kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam 'sepenuhnya' kerana sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agama-Nya yang indah ini. Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak Sholat, apalagi yang tidak beragama Islam, walaupun akal mereka berfungsi dengan secara normal tetapi sebenarnya dalam sesuatu keadaan mereka akan kehilangan keseimbangan dalam membuat keputusan yang normal.


Justru itu, tidak heranlah jika manusia ini kadang kala tidak segan-segan untuk melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya, walaupun akal mereka mengetahui bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu adalah salah dengan kehendak mereka. Inilah adalah menggambarkan ketidak mapuhan otak mereka untuk mempertimbangkan akan perbuatan mereka itu secara lebih normal. Maka dari itu tidak heran timbulnya bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat masa kini. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengambil hikmah dari kisah di atas.

benarlah firman Allah:
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (Surah Al-Ankabut ayat:45)

Sumber: www.kabarindonesia.com
SEMOGA BERMANFAAT

Kisah Nyata - Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Sebuah kisah lama yang patut dibaca dan direnungkan berkali- kali betapa baiknya ibunda kita, bagaimana besarnya pengorbanan ibunda kita dstnya

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.

Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini
seperti (maaf) ‘monster’ yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting.

Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.

Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh
sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.

Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan di rumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil.
Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran post card itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah.

Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.

Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. "Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan.
Jangan di ungkit lagi". Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket.

Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini di media cetak, saya sempat menangis karena tidak sempat bersujud di hadapan mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th lebih saat itu.

Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau apa saja panggilannya) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.

Jumat, 29 Januari 2010

Pengujian Undang-Undang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, melalui Paniteranya, menginformasikan dan memberikan panggilan sidang kepada pihak terkait dalam rangka menyelenggarakan sidang Pleno Perkara Nomor 140/PUU-VII/2009 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Agenda sidang pleno MK yang akan diselenggarakan pada hari Kamis, 04 Februari 2010, pukul 10.00 wib di Gedung MK (mahkamahkonstitusi.go.id), adalah: mendengarkan keterangan Pemerintah, DPR, Saksi/Ahli dari pemohon dan Pemerintah serta Pihak terkait (MUI, KH Hasyim Muzadi dan Prof. DR. H. Din Syamsudin, MA).

Pengujian (judicial review) atas UU ini diajukan oleh 7 LSM dan beberapa gembong yang selama ini ada di garda terdepan dalam menyuarakan Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Mereka adalah: IMPARSIAL (Rachland Nashidik), ELSAM (Asmara Nababan), PBHI (Syamsudin Radjab), DEMOS (Anton Pradjasto), Perkumpulan Masyarakat Setara (Hendardi), Desantara Foundation (M. Nur Khoiron), YLBHI (Patra M Zen), dan perorangan Abdurrahman Wahid (alm.), Prof. DR. Musdah Mulia, Prof. M. Dawam Rahardjo dan Maman Imanul Haq. Mereka tergabung dalam AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan).

Usaha kelompok Liberal untuk melakukan gugatan atas UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama di MK ini sudah digagas sejak 2008 (Okezone, 9/6/08). Keluarnya SKB tiga menteri terkait pelarangan kelompok sesat Ahmadiyah menjadi saat yang bagus bagi mereka untuk melayangkan gugatan ini. Anggapan mereka, SKB yang dikeluarkan Pemerintah mengenai pelarangan berbagai aktivitas Jamaah Ahmadiyah merupakan pelanggaran konstitusi kebebasan beragama dan berkeyakinan dan bahkan diskriminatif terhadap kelompok-kelompok penghayat kepercayaan. Oleh sebab itu, UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama harus segera diganti.

Inti gugatan terkait UU Nomor 1 PNPS Tahun 1965 antara lain pada pasal 2 dan pasal 156 huruf (a) yang besisi ancaman pidana bagi organisasi dan pribadi yang melanggar ketentuan sesuai pasal 1 yang bunyinya: untuk tidak menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia (Islam) atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.

Gugatan dan langkah-langkah propaganda ide liberalisme yang diusung sekelompok LSM dan tokoh-tokoh tertentu itu jelas lebih merupakan “desain” di level lokal, yang menjadi bagian dari “desain global” di Dunia Islam yang bertujuan untuk menghancurkan Islam dan memporak-porandakan kehidupan beragama umat Islam dimanapun mereka berada. Karena itu, di lapangan ide-ide ini mendapatkan penentangan dari tokoh-tokoh umat Islam dari berbagai ormas Islam.

Ulama dan Umat Menolak Liberalisme Agama

Setelah pengajuan draft (rancangan) gugatan ke MK oleh AKKBB, respon keras datang dari ormas-ormas besar di Indoensia. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, misalnya, meminta Mahkamah Konstitusi menolak yudicial review Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama yang diajukan tujuh LSM tersebut. “Kalau UU ini sampai dicabut, orang akan bebas menghujat agama dengan alasan demokrasi dan hak asasi manusia. Padahal ini bukan masalah demokrasi atau HAM, tetapi masalah hak sebuah agama untuk mempertahankan agamanya,” kata Hasyim dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/11/2009).

Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad juga meminta Mahkamah Konstitusi (MK) menolak uji materi terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama ini.

Ketua MUI Ma’ruf Amin pun menilai, “UU No 1 tahun 1965 tersebut harus diperkuat, bukan malah dihilangkan. Sebab, untuk melindungi kemurnian agama.” (Hidayatullah, 25/11/09).

Dia menjelaskan, jika UU No 1 tahun 1965 tersebut dihapus, dampaknya sangat besar. Penyimpangan agama akan tumbuh subur dan tidak bisa dihentikan. Aliran-aliran sesat juga akan bebas berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, ia berharap agar MK menolak tuntutan tersebut. Jika tidak maka gelombang protes dari masyarakat akan timbul, tegasnya.

Pemerintah sendiri melalui Menteri Agama, H. Suryadarma Ali, mengkhawatirkan munculnya radikalisme gaya baru yang berbasiskan ideologi kebebasan. Kini kelompok yang mengusung ideologi kebebasan ini sedang melakukan gugatan ke MK (Mahkamah Konstitusi) terhadap kebebasan memeluk agama yang sekarang sudah berjalan (Republika, 23/01/2010).

Menteri Agama (Menag) H Suryadharma Ali mengingatkan umat Islam agar berhati-hati dengan sekelompok orang yang menginginkan adanya kebebasan beragama tanpa batas.

Menag mohon dukungan para ulama dan umat beragama di Indonesia agar Mahkamah Konstitusi tidak mengabulkan gugatan sekelompok orang tersebut. Pasalnya, mereka sudah terang-terangan menginginkan munculnya agama-agama baru. Selain itu, kalau itu dilegalkan, tidak salah kalau komunitas tertentu dapat mengacak-acak al-Quran dan hadis. Sebab, mereka bebas menafsirkan dan menjalankan agama yang sesuai dengan keinginan mereka tanpa batas.

Untuk itu, masalah ini menjadi keprihatinan kita semua. Seperti di Cirebon, misalnya, muncul aliran Surga Eden. Nama imamnya Imam Tontowi. Salah satu ajarannya, jika wanita mau suci maka ia harus ditiduri dulu oleh imamnya. Kalau nanti tuntutan mereka dilegalkan oleh Mahkamah Konstitusi, maka tindakan mereka untuk menjalankan ajaran agama dengan kebebasan tanpa batas ini tidak bisa disalahkan.

“Saya tidak mau sendiri, tapi perlu dukungan dari para ulama, kiai, umat Islam, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Kita mengharapkan dapat menjaga kemurnian agama Islam yang kita cintai ini. Kita tidak mau Al-Quran diacak-acak, begitu juga hadis perlu kita jaga,” kata H Suryadharma Ali.

Tentu masih banyak penolakan lain yang datang dari tokoh-tokoh umat Islam dan pimpinan ormas Islam yang memahami dan menangkap bahaya ide liberalisasi yang diusung oleh kelompok Liberal yang bernaung di AKKBB.

Ada Konspirasi

Agenda yang diusung kelompok Liberal dalam beberapa tahun terakhir ini mengisyaratkan beberapa hal. Pertama: orang-orang kafir, sebagaimana saat ini ditunjukkan oleh kekuatan asing pimpinan AS, akan selalu berupaya menghancurkan Islam dengan berbagai cara, di antaranya dengan merusak akidah Islam. Di Indonesia proyek liberalisasi agama yang dimotori oleh kelompok Liberal sejak beberapa tahun lalu didukung penuh oleh kekuatan asing. Kelompok ini terang-terangan mengaku mendapatkan gelontoran dana Rp 1,4 miliar pertahun dari The Asia Foundation. Mereka berupaya menggiring umat Islam ke arah ‘Islam moderat’, yakni Islam yang lebih pro-Barat, yang tercerabut dari akar pemahaman Islam yang sebenarnya.
Dengan berbagai cara, kaum Liberal mendukung keberadaan aliran sesat Ahmadiyah, juga aliran-aliran sesat lainnya seperti Salamullah (Lia Eden), Bahai, Al-Qiyadah (Mosadeq) dan semisalnya. Ini adalah proyek besar. Jika Ahmadiyah diakui sebagai bagian dari Islam maka ini menjadi pintu masuk untuk merusak bagian-bagian Islam lainnya. Proyek liberalisasi agama ini muncul dari cendekiawan yang telah dididik Amerika dan Barat. Pemahaman menyimpang itu masuk melalui beberapa perguruan tinggi Islam dan program beasiswa terhadap anak bangsa yang belajar ke Amerika dan Barat. Aktivitas mereka didukung sepenuhnya oleh media massa. Mahabenar Allah Yang berfirman:

]وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا[

Orang-orang kafir tidak henti-hentinya berusaha memerangi kalian hingga mereka berhasil mengeluarkan kalian dari agama kalian—jika saja mereka mampu (QS al-Baqarah [2]: 217).

Kedua: adanya koalisi (kerjasama) kaum munafik (dalam hal ini para kaki tangan asing, khususnya kelompok Liberal) dengan kaum kafir (pihak asing) untuk menghancurkan Islam. Kerjasama semacam ini bukanlah hal baru. Empat belas abad lalu Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa di antara karakter munafik adalah menjadikan orang-orang kafir sebagai kawan, pelindung bahkan ’tuan’ mereka. Allah SWT berfirman:

]الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ[

(Orang-orang munafik itu) ialah mereka yang mengambil orang-orang kafir sebagai teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin (QS an-Nisa’ [4]: 139).

Ketiga: adanya upaya memecah-belah umat Islam. Ini juga akan selalu dilakukan oleh kaum munafik, juga orang-orang kafir. Pada zaman Rasulullah saw., misalnya, upaya pecah-belah pernah dilakukan orang kafir (Yahudi). Suatu ketika, seorang Yahudi bernama Syash bin Qais lewat di hadapan orang-orang Aus dan Khazraj yang saat itu tengah bercakap-cakap. Yahudi tersebut merasa benci melihat keakraban mereka. Lalu Yahudi tersebut menyuruh seseorang untuk turut terlibat di dalam percakapan mereka, seraya membangkit-bangkitkan cerita Jahiliah pada masa Perang Buats (yang melibatkan Aus dan Khajraj). Orang-orang Aus dan Khazraj pun terprovokasi. Aus bin Qaizhi dari kabilah Aus dan Jabbar bin Sakhr dari kabilah Khazraj akhirnya saling mencaci-maki satu sama lain hingga nyaris terjadi baku hantam dengan pedang terhunus. Berita itu sampai kepada Rasulullah saw. Beliau kemudian menghampiri mereka seraya menasihati mereka akan makna ukhuwah islamiyah. Seketika mereka pun sadar, bahwa mereka telah tergoda setan dan terperdaya musuh. Lalu mereka pun menurunkan senjatanya, berpelukan dan bertangisan. Tidak berselang lama, turunlah firman Allah SWT:

]وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا[

Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai (QS Ali Imran [3]: 103).

Umat Islam Harus Bersatu dan Melawan

Kalau kita mau merenungkan, tentu upaya merongrong Islam tidak demikian mudah terjadi manakala negara ini berdiri tegak di atas ideologi Islam. Dengan sistem Islam, negara akan melindungi keyakinan warga negaranya, khususnya kaum Muslim, dari segala bentuk penistaan. Sebaliknya, ruang dan sistem demokrasi memberikan peluang kebebasan kepada siapa saja untuk menghujat dan menodai agama. Bahkan kelakuan yang lebih buruk tersebut bisa menimpa Islam dan kaum Muslim. Dengan kedok HAM dan Demokrasi, begitu mengalir deras skenario pelecehan dan penyudutan agama Islam di negeri mereka sendiri.

Karenanya, umat Islam semuanya tentu merindukan lahirnya sebuah sistem yang sepenuhnya menegakkan syariah Islam. Itulah Daulah Khilafah Islamiyah yang bisa menghentikan penghinaan dan penistaan itu semua.

Umat Islam di Indonesia wajib bersatu dan melawan setiap upaya liberalisasi agama yang terang-terangan bertentangan dengan Islam. Jika berdiam diri maka di kesempatan yang berbeda, umat ini betul-betul akan menjadi sekerumunan manusia yang hilang haybah-nya (kemuliaan dan kewibawaannya) di hadapan musuh-musuhnya yang siang dan malam mengintai untuk menghancurkan dirinya.

Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.

10 KEBIASAAN PERUSAK OTAK

Sayangi otak Anda, dan ada baiknya kalau Anda kembali menelaah kebiasaan-kebiasaan kecil yang Anda anggap remeh namun berdampak negatif pada otak Anda.

1. Tidak Mau Sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan. Padahal tidak mengkonsumsi apapun di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Sarapan yang terbaik di pagi hari bukanlah makanan berat seperti nasi goreng spesial, tetapi cukup air putih dan segelas jus buah segar. Ringkas dan berguna untuk tubuh!

2. Kebanyakan Makan.
Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun orang pada menurunnya kekuatan mental. Jadi makanlah dalam porsi yang normal. Biasakan menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum Anda kekenyangan.

3. Merokok
Jika rokok memiliki segudang efek buruk, semua orang pasti sudah tahu. Dan ada satu lagi efek buruk rokok yang terungkap di sini. Merokok ternyata berakibat sangat mengerikan pada otak! Bayangkan, otak manusia lama kelamaan bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya karena rajin menghisap benda berasap itu. Tak ayal di waktu tua bahkan pada saat masih muda sekalipun, kita rawan alzheimer (alzheimer adalah penyakit pikun).

4. Terlalu Banyak Mengkonsumsi Gula
Terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu. Karena itu, kurangi konsumsi makanan manis favorit Anda.

5. Polusi Udara
Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.

6. Kurang Tidur
Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat sel-sel otak menjadi mati kelelahan. Tapi jangan juga kebanyakan tidur karena bisa membuat Anda menjadi pemalas yang lamban. Sebaiknya tidur 6-8 jam sehari agar sehat dan bugar.

7. Menutup Kepala Ketika Sedang Tidur
Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak.

8. Berpikir Terlalu Keras Ketika Sedang Sakit
Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah ketidakefektifan otak. Sudah tahu sedang tidak sehat, sebaiknya istirahat total dan jangan forsir otak Anda.

9. Kurangnya Stimulasi Otak
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir akan membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Rajin membaca, mendengar musik dan bermain (catur, scrabble, dll) membuat otak Anda terbiasa berpikir aktif dan kreatif.

10. Jarang Bicara
Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak. Jadi jangan terlalu bangga menjadi pendiam. Obrolan yang bermutu sangat baik untuk kesehatan Anda.

PERGOLAKAN HATI NURANI

Apa hubungan egoisme dengan kerusakan lingkungan? Ada! egoisme dan ketidakpedulian kita adalah penyebab timbulnya segala permasalahan lingkungan yang kita alami hari ini.
Banyak dari kita yang hanya meemikirkan kenyamanan pribadi tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada lingkungan di sekitar kita maupun lingkungan global secara keseluruhan. Hanya karena merasa punya uang, kita tidak mengindahkan peringatan dan himbauan untuk melakukan pengheematan energi.
“Ah, saya mampu membayar berapapun tagihan listrik yang ada. Jadi terserah saya dong untuk memakai listrik sesuka hati saya. Saya sanggup membeli BBM berapapun yang saya mau, jadi terserah saya dong mau beli mobil yang borosnya kayak apa.”
Renungkanlah: Berapa banyak energi dan sumber daya yang harus terbuang sia-sia hanya karena orang-orang ingin menikmati kenyamanan yang sesungguhnya tidak benar-benar mereka perlukan. Berapa banyak energi dan sumber daya yang terbuang sia-sia hanya karena mereka ingin terlihat tampil bergengsi.
Orang-orang seringkali membeli hal-hal yang tidak mereka perlukan, mengganti barang-barang yang semestinya masih bisa digunakan hanya karena alasan bosan. Kita tidak pernah memikirkan berapa banyak tenaga dan sumber daya planet ini yang rusak untuk memenuhi kebutuhan egois kita tersebut.
Camkanlah satu hal: Uang Anda memang bisa membeli berliter-liter BBM, tetapi uang tersebut tidak dapat mengembalikan tiap liter BBM yang telah Anda ambil dari alam butuh jutaan tahun untuk menghasilkan BBM yang Anda nikmati tersebut.
Janganlah memikirkan kenyamanan hidup Anda sendiri. Setidaknya pikirkanlah keadaan generasi penerus Anda, mereka harus menjalani hidupnya dengan segala sumber daya yang sangat terbatas karena ulah orang tua, kakek nenek, dan nenek moyangnya di masa lalu.
Lalu Anda akan berpikir, tetapi bukankah kita memiliki energi alternatif seperti bio fuel, hidrogen, dan lain-lain? Tetap saja semua itu tidak gratis, selalu ada yang harus dikorbankan. Bio fuel menyebabkan kerusakan lingkungan karena penanaman tanaman bahan bakar tersebut membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Hidrogen masih mahal dan belum dapat diproduksi dengan efisien. Bagaimana seandainya planet kita sudah hancur duluan sebelum kita dapat menikmati semua kenyamanan teknologi tersebut? Saat ini kita berpacu dengan waktu.
Begitu banyak orang di belahan dunia lainnya yang sangat membutuhkan tiap tetes BBM yang kita nikmati, tiap tetes air bersih yang kita nikmati, dan hal-hal mendasar lainnya untuk mendukung kehidupan mereka. Berrhematlah dalam segala bentuk yang Anda bisa. Lakukanlah untuk dunia, lakukanlah untuk generasi penerus Anda.

NASIB ORANG DESA DAN PASAR BEBAS

Saya terhenyak tatkala membeli singkong sekilo, harganya cuma Rp 1000,- Saya lebih terkejut lagi, saat calon pembeli di samping saya masih tega menawarnya Rp 500,- Si penjual yang telah renta itu, sambil memelas, ia berkata: Gapunten, bu. Mboten pareng, maaf bu, masih belum boleh.

Dalam hati, saya berkata: "Ya Allah, Pak Tua ini sungguh mulia akhlaqnya. Tabah, sabar, tawakkal dan rendah hati". Dagangannya ditawar 100 persen dari harga semula, tapi tak sedikitpun ia tampak jengkel. Bahkan, jawabannya diawali dengan permohonan maaf. Sebuah ungkapan penolakan yang cukup tinggi nilainya dalam perspektif ilmu balaghah.

Singkong sekilo harganya cuma seribu perak dan dengan uang segitu, saya bisa membawa pulang singkong sebanyak 1 tas plastik besar. Harga 1 Kg singkong = 1x parkir = 10 x sms. Jauh lebih murah dari abonemen internet, pajak rekening bank, selembar karcis bioskop, sebuah sabun, biaya rebonding rambut, fotocopy makalah, uang daftar seminar, dan masih lebih murah dari banyak hal.

Benar-benar murah! Tak sebanding dengan penantian panjang yang hampir setahun bagi petani singkong untuk bisa panen, sejak kali pertama menanamnya. Menurut pengakuannya, singkong yang dijual Pak Tua itu berasal dari halaman belakang rumahnya. Sekali lagi, dalam hati, saya mencoba menduga: "Berapa kira-kira laba yang diterima Pak Tua ini dari sekeranjang dagangannya itu?".

Pria beruban itu telah menanam sendiri, lalu menunggunya berbulan-bulan. Setelah tampak berbuah, dengan riang gembira, ia cabut sendiri hasil keringatnya, lalu bersama sejuta harapan, ia rela mengusung keranjang yang sedemikian berat dari rumahnya di desa menuju pasar kota. Sesampainya di pelataran pasar, ia harus sabar menanti pembeli menghampirinya sambil harap-harap cemas taku diciduk petugas Satpol PP. Tatkala calon pembeli datang, ia menyambutnya dengan wajah ramah. Saat itu, ia tidak serta-merta dengan mudah terima uang dengan laba yang menurut perhitungannya cukup besar untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi, pria tua itu masih harus berjuang dalam tawar-menawar yang cukup alot. Hatinya tak hancur, walaupun karya terbaiknya ditawar semurah-murahnya. Ia bahkan meminta maaf kepada calon pembeli -yang menurut saya- kurang memahami mahalnya proses dan kerasnya perjuangan hingga menawar murah. Bahkan, terkadang ada yang menawar sambil meledek: "Masak singkong beginian dijual seribu perak?!".

Apapun pengorbanan, perjuangan, penantian hingga penghinaan yang diterima Pak Tua itu, tak sedikitpun ia keluhkan. Hebatnya lagi, dia tak butuh disebut Bapak Ekonomi Wong Ndeso seiring derasnya produksi olah singkong yang membanjiri pasar, tapi ia tak gentar. Bahkan, saya yang merasa khawatir, tatkala Supermarket, Mall, dan Plaza diserbu konsumen yang lebih gemar produk instant hasil industri makanan, sehingga hasil tani dan kebun wong ndeso benar-benar terancam!

Singkong produk pabrik yang telah diolah menjadi kripik, biskuit, snack yang lalu dikemas dengan bungkus menarik, harganya jauh lebih mahal daripada sekilo singkong mentah. Padahal, netto kripik singkong hasil industri hanya 100 gram. Pihak industri pasti membeli harga singkong dari desa dengan harga semurah-murahnya. Dengan 1 kg singkong, pabrik bisa membuat seratusan bungkus snack singkong. Inilah hebatnya teknologi yang mampu menafikan proses kerja keras dan memproduksi sesuatu yang mahal dalam jumlah besar dari bahan baku yang murah.

Seiring masuknya Indonesia ke dalam Kawasan Pasar Bebas Asia-Pasifik (FTAAP), mampukah wong ndeso seperti: para petani, pemilik kebun dan ladang, bersaing dengan hasil buminya yang mentah? Menghadapi para cukong dan kapitalis lokal saja, wong ndeso telah terpinggirkan. Apalagi, kini mereka harus bersaing melawan produk luar negeri. Jelas, rakyat kecil akan makin sengsara. Jadi, tanpa kontrol pemerintah -sebagai penyelenggara negera- dan pembinaan teknologi pertanian secara berkesinambungan, maka petani tradisional akan gulung tikar. Sawah dan ladang mereka akan dijual, lalu beralih profesi menjadi pedagang. Sebuah pilihan terpaksa yang justru makin membuat mereka terpuruk ketika dagangannya rugi akibat mereka tak memahami ilmunya.

Lama sekali saya memikirkan nasib pak tua itu, hingga lamunan saya dibuyarkan oleh suguhan singkong rebus oleh isteri tercinta. Tatkala kupegang singkong itu dan siap kusantap, tangan saya merasakan sentuhan tangan Pak Tua yang masih melekat di sana. Terbayang proses panjang sejak beliau menanam, menunggu, memanen, mengangkat hingga menjualnya.

Lalu, singkong itu seakan bicara: "Cepat! Santap aku agar aku segera kembali ke bumi. Aku ingin terus melayani manusia sepanjang mereka mensyukuri nikmat Allah". Sambil berdoa, kubebaskan singkong itu agar ia bisa bertemu kembali dengan Pak Tua, kekasihnya.

"Ya Allah, berkahilah rizeki yang Kau berikan pada kami dan juga bangsa kami yang sering tak mensyukuri nikmatmu".

JAM YANG AMAT BERHARGA

Murid-murid keluar dari kelas. Dua orang sahabat berjalan beriringan ke arah yang sama. Mereka adalah Ahmad dan Ghozwan. Kemudian Ghozwan berkata:
”Ahmad, datanglah kerumahku hari ini, kita belajar bersama”.
“Aku akan datang. jam berapa?”
“Jam empat”.
Lalu keduanya berpisah dan pulang ke rumah mereka masing-masing.
Pada jam yang telah disepakati, Ghazwan menyambut sahabatnya Ahmad, dan ia mulai bercerita tentang teman-teman sekolahnya, memuji kebaikan teman yang satu dan mencela sikap temannya yang lain.
Ahmad segera berkata di akhir cerita Ghozwan:
”Apakah sebaiknya kita mulai belajar?”
”Waktu kita masih panjang”
”Waktu itu ibarat emas. Kita harus memanfaatkannya dengan baik”
“Apa kau tidak menyukai ceritaku?”
Ahmad hanya diam kerena merasa bosan. Tetapi, Ghozwan tetap saja
meneruskan ceritanya. Ia bercerita tentang saudara-saudaranya, permainan mereka, pertengkaran mereka dan lain sebagainya.
Ahmad merasa kepalanya pusing dan melemparkan pandanganya ke arah jam tangannya. Ia melihat jarum jam terus berjalan keangka 5. Kemudian Ia mengangkat wajahnya sambil berkata dengan marah:
”Apa kau tau? aku kehilangan apa gara-gara kamu!”.
”Kau kehilangan apa?”
”Aku kehilangan jamku yang sangat berharga”
Ghozwan terkejut dan bangkit seketika. Ia segera mencari jam di atas meja, di antara buku-buku dan Ahmad hanya memperhatikannya dengan diam. Ghozwan tidak menemukan apapun, kemudian ia berkata dengan putus asa:
”Aku tidak menemukan jamnya”.
‘Kau tidak akan pernah bisa menemukannya, dengan cara apapun kau mencarinya”.
Ghozwan memandang sahabatnya dan melihat jamnya ada di pergelangan tangannya. Kemudian ia berkata dengan nada mengejek:
”Apa ini jam tanganmu yang hilang?!”
”Jam yang hilang bukanlah yang ini”
”Apakah jam itu dari emas?!”.
‘Ya... dari emas”
Pembicaraan terhenti. Ahmad tetap diam, dan teka-teki itu masih samar, belum bisa dipahami Ghozwan.
Ahmad tidak berbohong, Ia benar-benar telah kehilangon jamnya yang sangat berharga, tapi Ghozwan tidak akan pernah bisa menemukannya, bagaimanapun caranya ia mencari.
“Jam apakah yang hilang dari Ahmad...?”

RELASI CINTA DAN IMAN

Dalam Islam, cinta dan keimanan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Cinta yang dilandasi iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan sebaliknya cinta yang tidak dilandasi iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana dua sayap burung. Dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan.Iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu iman tidak akan terasa lezat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tak lezat tanpa iman. Nabi saw: Barang siapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah swt.

Tidak heran ketika Uqbah bin Al Harits telah bercerai dengan istri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah saw hanya karena pengakuan seorang wanita tua bahwa ia telah menyusukan pasangan suami istri itu di saat mereka masih bayi. Allah mengharamkan pernikahan saudara sesusuan. Sungguh inilah percintaan dan perpisahan yang benar-benar dilandasi iman.

Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada istrinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keagungan akhlaknya. Ketika ayahnya mengamati bahwa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menceraikan istrinya tsb. Pemuda Abdullah memandang perintah tsb dengan kaca mata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tsb demi mempererat kembali cintanya kepada Allah.

Subhanallah...pasangan tersebut telah bersatu karena Allah, saling mencinta karena Allah, bahkan telah bercinta karena Allah, namun mereka juga rela berpisah karena Allah. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Bagaimana halnya dengan pasangan yang terlanjur jatuh cinta, atau yang berpacaran atau sudah bercinta sebelum menikah? Hanya ada dua jalan; bersegeralah menikah atau berpisah karena Allah, niscaya akan terasa lezat dan manisnya iman. Dan janganlah mencintai si dia lebih dari pada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dari Anas ra, dari nabi saw, beliau bersabda:
Ada 3 hal dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:
Demi zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai (HR Muslim)

CINTA KEPADA ALLAH, ITULAH YANG HAKIKI

Cinta bagaikan lautan, sungguh luas dan indah. Ketika kita tersentuh tepinya yang sejuk, ia mengundang untuk melangkah lebih jauh ke tengah, yang penuh tantangan, hempasan dan gelombang dan siapa saja ingin mengarunginya. Namun carilah cinta yang sejati, di lautan cinta berbiduk taqwa berlayarkan iman yang dapat melawan gelombang setan dan hempasan nafsu, insya Allah kita akan sampai kepada tujuan yaitu: cinta kepada Allah, itulah yang hakiki, yang kekal selamanya. Adapun cinta kepada makhluk-Nya, pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukan karena bujuk rayu setan, bukan pula karena desakan nafsu yang menggoda.
Cintailah Allah, berusahalah untuk menggapai cinta-Nya

Menurut Ibnu Qayyim, ada 10 hal yang menyebabkan orang mencintai Allah swt:

1. Membaca Al-Qur’an dan memahaminya dengan baik.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan shalat sunat sesudah shalat wajib.
3. Selalu menyebut dan berzikir dalam segala kondisi dengan hati, lisan dan perbuatan.
4. Mengutamakan kehendak Allah di saat berbenturan dengan kehendak hawa nafsu.
5. Menanamkan dalam hati asma dan sifat-sifatnya dan memahami makna.
6. Memperhatikan karunia dan kebaikan Allah kepada kita.
7. Menundukkan hati dan diri ke haribaan Allah.
8. Menyendiri bermunajat dan membaca kitab sucinya di waktu malam saat orang lelap tidur.
9. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang soleh, mengambil hikmah dan ilmu dari mereka
10. Menjauhkan sebab-sebab yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.

Semoga Allah menganugerahi kita kecintaan sejati kepada-Nya, kepada Nabi-Nya dan semua makhluk yang mencinta-Nya. Dan, semoga kita dicintai oleh semuanya.

TAKUT MISKIN

Alkisah, ada seorang pemuda kaya raya yang sangat kikir karena takut miskin. Saking pelitnya bahkan untuk makan sehari-hari pun dia rela hanya makan dengan sepotong ikan asin atau cukup dengan sambal terasi aja atau cukup dengan sebungkus mie instan… walaupun hartanya sangat melimpah.

Selain pelit, dia terkenal juga dengan akhlaqnya yang jelek dan kesombongannya yang melampaui batas. Hartanya dia taruh didalam kamar dengan pintu dari besi dan dengan kunci yang berlapis-lapis. Disitu ada emas batangan berkilo-kilo, perhiasan emas, intan permata dan bergepok-gepok uang seratus ribuan. Karena kerjaan dia sehari-hari cuman melihat dan menghitung harta saja maka kalau ada yang berubah tempat sedikitpun akan ketahuan olehnya apalagi kalau sampai ada yang hilang. Dia engga rela hartanya berkurang sedikitpun karena takut miskin dan tidak dihargai lagi oleh orang lain kalau sampai kalah kaya.
Pada suatu hari dia mau makan dan kebetulan udah engga ada persediaan makanan sedikitpun, akhirnya dia memutuskan untuk membeli sebungkus mie instan di warung depan rumah. Keluarlah dia dari rumahnya untuk membeli mie instan diseberang jalan. Karena udah kelaparan dia langsung nyelonong aja nyeberang jalan tanpa tengak-tengok kiri kanan, tak tahunya dari arah kiri jalan sebuah sepeda motor melaju dengan kencangnya dan….. DARRR tertabraklah ia dan langsung dilarikan kerumah sakit. Dirumah sakit dia mengalami koma dan setelah diperiksa ternyata dia mengalami luka dan pendarahan dikepala yang tidak ringan dan divonis dokter bahwa kemungkinan dia hidup hanya 25 %.

Dalam keadaan koma tersebut. dia merasa seolah-olah berjalan dalam suatu lorong sempit yang sangat panjang dan gelap gulita. Setelah berjalan cukup lama sampailah dia disuatu ruangan yang sempit, kotor, gelap dan disitu ada seorang lelaki tua renta, kurus kering, kudisan lagi dan baunya sangat menyengat hidung. Dengan tangan sambil menutup hidung bertanyalah dia : “Kek, saya ini lagi dimana ? kok jelek amat sih tempatnya… dan kakek ini siapa?” Jawab si Kakek: “Oh nak.. ini adalah tempat peristirahatanmu untuk sementara… sebelum engkau melanjutkan perjalanan.. dan aku adalah kawanmu yang akan menemanimu selama engkau disini..”. Si pemuda nanya lagi: “Kek..,Apa engga ada tempat yang lebih baik dari ini..? dan apa engga ada orang lain yang bisa menemani aku selain engkau?” dengan nada sinis. Si Kakek : “Tempat lain sih banyak…” sambil buka jendela ” tuh lihatlah disebelahmu.., tapi tempatmu ya sini ini .. engga boleh tuker-tuker.. karena inilah tempat yang telah engkau pilih sendiri..” Dengan hati berdebar-debar dia lihatlah tempat-tempat disekelilingnya , ada tempat yang mirip dengan tempatnya, ada tempat yang mirip hotel berbintang lima dengan pelayan yang cakep-cakep, bahkan ada tempat yang lebih jelek darinya dan dengan pelayan yang lebih menjijikkan dari sikakek tadi, akhirnya dia nanya lagi : “Kek.. sebenarnya ini tempat apa dan kapan aku memilih tempat tempat ini?”. Kata si Kakek: “Ini adalah alam kubur dan aku adalah amalmu waktu didunia dulu.. Karena didunia kamu pelit, sombong, mentingin diri sendiri, engga pernah beribadah, engga pernah baca kitab suci dan tak pernah zakat dan bersodakoh maka aku jelek begini dan tempat ini serem begini. Danlihat tuh hartamu yang engkau timbun dulu sekarang engga ada manfaatnya dan siap dijadikan setrikaan untuk menyetrika punggungmu itu..” sikakek berkata sambil memegangi punggung sipemuda. Dengan wajah penuh ketakutan sipemuda meronta-ronta dan akhirnya dengan ijin Allah dia terbangun dari komanya… Dan sejak saat itu insyaflah dia dan tidak pelit lagi membelanjakan hartanya dan mengeluarkan hak-hak fakir miskin… akhirnya dia berubah menjadi orang yang sholeh dan rajin beribadah…

Sahabat......, SEKECIL APAPUN BAGI ORANG YANG BERSYUKUR SELALU LEBIH DARI CUKUP, NAMUN SEBANYAK APAPUN BAGI ORANG YANG TAMAK TETAP SAJA MERASA KURANG.

Kedahsyatan Sholat Berjamaah

Kedahsyatan Sholat Berjamaah

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’
(QS. Al-Baqarah; 43)

Hampir selama hidupnya, Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah. Bahkan dalam keadaan perang sekalipun, beliau bersama sahabatnya melaksanakan sholat dengan berjamaah. Padahal mereka sedang sibuk-sibuknya dengan tugas suci.
Kalau dibanding dengan kita memang sangat jauh, padahal kita tidak segenting keadaan perang. Kita bahkan sedang istirhat kerja siang, atau sedang asik menyantap makanan, atau sedang bercumbu dengan keluarga. Namun saat sedang terdengar adzan, kita masih santai saja. Tidak segera berangkat ke masjid atau musholla untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Suatu hari datang seorang laki-laki buta kepada Rasulullah saw bermaksud ingin meminta keringanan dalam sholat berjamaah karena kondisinya yang buta. Orang buta itu berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak ada seorang penuntun yang menuntunku ke Masjid, bolehkah aku tidak sholat dengan berjamaah dan cukup sholat di rumah?” Lalu Nabi saw memberi keringanan tentang hal itu, namun tatkala orang itu mau beranjak, Rasulullah saw memanggilnya dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan panggilan sholat?” Orang buta itu menjawab, “Ya”. Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, sambutlah (berangkatlah sholat berjamaah)” (HR: Muslim)

Subhanallah !!, sebegitu pentingnyanya sholat berjamaah hingga kepada orang buta yang tidak ada seorang yang menuntunnya saja Rasulullah masih memerintahkan untuk sholat berjamaah, apalagi dengan kita yang masih sehat bugar?

Bahkan Rasulullah saw hampir-hampir akan membakar rumah orang muslim yang tidak berangkat sholat berjamaah. Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh aku pernah akan menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan untuk shalat, lalu adzan pun dikumandangkan. setelah itu, aku menyuruh orang untuk menjadi imam shalat berjamaah. Lalu aku pergi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, dan aku bakar rumah mereka saat mereka berada di dalamnya. “ (HR: Bukhori Muslim).

Mengapa sholat berjamaah begitu penting? Mengapa Rasulullah sangat menekankan sholat berjamaah? Rahasia apa yang ada dibalik sholat berjamaah?
Beberapa keutamaan dan rahasia di balik shalat berjamaah antara lain:

Pertama, Orang yang sholat berjamaah akan mendapat pahala 27 derajat dibanding sholat sendirian. Rasulullah saw bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat” (HR: Bukhori Muslim). Jadi, dengan sholat berjmaaah kualitas sholat kita 27 kali lipat dibanding sholat sendirian. Kalau dianalogikan dengan emas, sholat berjamaah itu 24 karat atau emas murni.

Kedua, Setiap langkah kaki dalam perjalanan kita ke Masjid diangkatnya derajat kita dan dihapuskannya dosa kita. Rasulullah saw bersabda, “Apabila dia wudhu sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya dinaikkan dan kesalahan dosanya dihapuskan” (HR: Bukhori Muslim)

Ketiga, Orang yang sholat berjamaah senantiasa didoakan oleh para malaikat. Rasulullah saw bersabda, “Malaikat akan senantiasa memohonkan ampun dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan tidak berhadast. Malaikat berkata,”Ya Allah, ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia” (HR: Bukhori Muslim)

Keempat, Orang yang rajin shalat berjamaah maka akan terhindar dari penguasaan syetan, seperti kesurupan atau kerasukan. Rasuluillah saw bersabda, “Tidaklah tiga orang berada di suatu desa atau kampung lalu mereka tidak melakukan shalat berjamaah, kecuali mereka telah dikuasai oleh syetan” (HR: Abu Daud)

Kelima, Suatu penduduk apabila rajin melaksanakan sholat berjamaah, maka akan diberikan ketentraman, persatuan, persaudaraan dan tidak mudah diprofokasi. Rasulullah saw bersabda, “Karena itu shalatlah dengan berjamaah !, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)” (HR: Abu Daud)

Semoga niatnya bukan karena pahala yang hendak didapatkannya, tetapi murni karenaNya.
Semoga menjadi motivasi kita semua

ORANG PINTAR VS ORANG BODOH

JANGAN BINGUNG DULU (Apalagi sampai Tersinggung), BACA SAMPAI SELESAI YA.. ^_^

Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya di bisnis.
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang Pintar.
Walhasil Bosnya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.
Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mendapatkan kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.

Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka di suruh orang pintar untuk membuatnya.

Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH). Oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.

Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya.
Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada diatas.

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu, di dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang-orang pintar menjadi staffnya orang bodoh.

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang bekerja.
Tapi orang-orang pintar DEMO, walhasil orang-orang pintar "meratap-ratap" kepada orang bodoh agar tetap di berikan pekerjaan.
Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit. Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.

Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group),dll. Adalah orang-orang Bodoh (tidak pernah dapat S1) yang kaya. Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka. Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.

PERTANYAAN :

Jadi mending jadi orang pinter atau orang bodoh??
Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ???
Mulia mana antara orang pinter atau orang bodoh??
Susah mana antara orang pinter atau orang bodoh??


KESIMPULAN:

Jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.
Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh.
Kata kunci nya adalah "resiko" dan "berusaha", karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.
Orang pinter perpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut. Dan mengabdi pada orang bodoh... Wallahualam


Semoga ilustrasi ini dapat menjadi renungan yang bermanfaat bagi kita bersama ... :-)

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

TABAHLAH MENGHADAPI MASALAH

Allah Swt., telah menetapkan takdir dan ajal seluruh makhluk-Nya, mengatur dan menentukan segala amal perbuatan serta tindak-tanduk mereka. Lalu Allah Swt., membagi-bagikan rezeki dan harta duniawi kepada mereka. Allah Swt., menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian, siapa di antara mereka yang terbaik amalannya. Allah Swt., juga menjadikan iman terhadap qadha dan takdir-Nya sebagai salah satu rukun iman. Setiap sesuatu yang bergerak atau berdiam di langit dan di bumi, pasti menuruti kehendak dan keinginan Allah Swt.,.

Dunia ini sarat dengan kesulitan dan kesusahan; diciptakan secara fitrah untuk dipenuhi dengan beban dan ancaman, aral rintangan serta berbagai cobaan. Tak ubahnya dingin dan panas, yang memang harus dirasakan oleh para hamba-Nya. Allah Swt., berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. .” (Al-Baqarah: 155)

Berbagai musibah itu adalah batu ujian, untuk menentukan siapa di antara hamba-Nya yang benar dan yang tidak benar. Allah Swt., berfirman:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabut: 2)

Jiwa manusia itu hanya dapat menjadi suci, setelah ditempa

Ujian dan cobaan, akan memperlihatkan kesejatian seseorang. Ibnul Jauzi mengungkapkan: “Orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan abadi tanpa ujian dan cobaan, berarti ia belum mengenal ajaran Islam dan tidak mengenal arti pasrah diri kepada Allah Swt.,.”

Setiap orang pasti akan merasakan susah, mukmin maupun kafir. Hidup ini memang dibangun di atas berbagai kesulitan dan marabahaya. Maka janganlah seseorang membayangkan bahwa dirinya akan terbebas dari kesusahan dan cobaan.

Cobaan adalah lawan dari tujuan dan memang bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan menikmati kelezatan hidup. Setiap orang pasti merasakannya, walau dengan ukuran yang berbeda, sedikit atau banyak. Seorang mukmin diberi ujian sebagai tempaan baginya, bukan siksaan. Terkadang cobaan itu ada dalam kesenangan, terkadang juga ada dalam kesusahan. Allah Swt., berfirman:
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran…” (Al-A’raaf: 168)

Satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, satu hal yang disukai kadang mendatangkan kesusahan. Janganlah merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja ia menimbulkan kemudaratan. Janganlah merasa putus asa karena kesulitan, karena bisa jadi akan mendatangkan kesenangan.
Allah Swt., berfirman, artinya: “Boleh jadi kau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kau menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah Swt., mengetahui, sedang kau tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Segala cobaan itu ada batasnya di sisi Allah Swt.,. Jangan mengucapkan kata-kata makian, karena satu kata yang mengalir dari lidah, dapat membinasakan seseorang. Seorang mukmin yang kuat akan tegar menghadapi beban berat. Hatinya tidak akan berubah dan lisannya tidak akan mengutuk.

Redamlah musibah itu dengan mengingat janji pahala dan kemudahan dari Allah Swt.,, sehingga cobaan itu berlalu tanpa kita mengutukinya. Orang-orang berakal selalu menunjukkan ketegaran dalam menghadap musibah, agar mereka tidak mendapatkan ejekan musuh-musuh mereka. Karena bila mereka menampakkan musibah itu, para musuh mereka akan merasa senang dan gembira. Sebaliknya, menutup-nutupi musidah dan derita kelaparan adalah sifat orang-orang mulia. Ketabahan akan membendung bencana. Demikian cepatnya bencana itu berlalu, bila dihadapi dengan ketabahan. Paling kita hanya harus tabah menghadapi hari-hari yang pendek dalam hidup kita. Orang-orang yang binasa mengalami kebinasaan mereka hanya karena mereka tidak memiliki ketabahan.

Orang-orang yang tabah, akan men-dapatkan pahala terbaik. Firman Allah Swt.,:
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. .”(An-Nahl: 96)
Dan firman Allah Swt.,, artinya: “Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kabaikan, dan sebagian dari apa yang kami rizkikan kepada mereka, mereka nafkahkan.” (Al-Qashash: 54)

Allah Swt., tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah, melainkan karena Allah Swt., akan memberimu sesuatu yang lain. Allah Swt., hanya mengujimu, untuk memberikan keselamatan kepadamu. Allah Swt., hanya memberimu cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan datang. Allah Swt., berfirman:
“Tidak ada yang melata di bumi ini melainkan rezekinya ada di sisi Allah Swt.,.” (Huud: 6)

Bila dengan kebijaksanaan-Nya, Allah Swt., menutup sebagian rezeki, pasti Allah Swt., akan membukakan pintu rezeki yang lain yang lebih bermanfaat. Cobaan, justru akan mengangkat derajat orang-orang shalih dan meningkatkan pahala mereka. Saad bin Abi Waqqash mengung-kapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalih-annya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (Riwayat Al-Bukhari) Seorang ulama mengungkapkan: “Orang yang diciptakan untuk masuk Surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun dosa. Orang yang benar-benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari mendapatkan pahala.

Tidak usah risau dengan hilangnya sebagian dunia. Karena keberadaannya hanyalah satu kejadian, membicarakan dunia justeru menimbulkan kesedihan, jalan-jalan untuk mendapatkannya sarat dengan duka. Dalam mencari dunia, manusia akan tersiksa sebatas rasa dukanya. Orang yang senang mendapatkan dunia pada hakikatnya adalah orang yang sedih. Berbagai kepedihan bermunculan dari kenikmatan dunia. Berbagai kesedihan justru lahir dari kesenangan dunia. Abu Darda menyatakan: “Di antara bentuk kehinaan dunia di hadapan Allah Swt., adalah bahwa manusia berbuat maksiat selama ia di dunia, dan ia hanya bisa menggapai apa yang ada di sisi Allah Swt., dengan meninggalkan dunia. Maka hendaknya engkau menyibukkan diri dengan hal yang lebih berguna bagimu untuk mengambil kembali yang mungkin hilang darimu, yakni dengan cara memperbaiki kekeliruan, memaafkan kesalahan orang, dan mendekati pintu Ar-Rabb. Dengan itu, engkau akan melihat betapa cepatnya musibah yang menimpamu itu menghilang. Kalau bukan karena kesusahan, engkau tidak bisa mengharapkan saat-saat senang.

Hilangkan hasrat terhadap yang menjadi milik orang, niscaya engkau akan menjadi yang terkaya. Jangan berputus asa, karena itu membawa kehinaan. Ingatlah nikmat Allah Swt., yang banyak kepadamu. Tepislah segala kesedihan dengan ridha terhadap takdir dan dengan shalat di malam yang panjang. Bila sudah habis malam, masih ada subuh yang datang menjelang. Akhir kesedihan adalah awal kebahagiaan. Masa tidak akan berdiam dalam satu kondisi, namun terus berganti. Segala kesulitan, pasti akan berangsur hilang. Jangan putus asa hanya karena musibah yang datang bertubi-tubi. Satu kesulitan, akan dikalahkan oleh dua kemudahan. Merunduklah kepada Allah Swt.,, pasti kesulitanmu akan sirna selekasnya. Setiap orang yang penuh dengan ketabahan, pasti akan mendapatkan jalan keluar. ” Wallah u A’lam bi sawab.

Rasulullah dan Buah Limau

Suatu Hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk Baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa terlihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira.Hadiah itu dimakan oleh Baginda Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan senyuman.

Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda. Sahabat-sahabat agak hairan dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya.

Dengan senyuman Rasulullah menjelaskan 'Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang Ada di antara kalian akan mengenyitkan Mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya'.Begitulah akhlak Rasullullah SAW.

Baginda tidak akan memperkecil- kecilkan pemberian seseorang biarpun benda yang tidak baik, Dan dari orang yang bukan Islam pula.

"Selemah- lemah manusia ialah org yg tidak dapat mencari sahabat... Dan orang yg lebih lemah dari itu ialah orang yg menyianyiakan sahabat yang telah dicari dan berburuk sangka pula kepadanya"(-Sayidina Ali)

TELADAN DARI KHULAFAUR RASYIDIN

Pada masa Khulafa'ur Rasyidin para sahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para tabi'in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu'anhu dan Umar bin Khatab radhiallahu'anhu termasuk orang yang gigih berlomba-lomba dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.

Abu Bakar radhiallahu'anhu
Peristiwa ini terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu'anhu. Pada saat itu Umar mengamati apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, lalu dia melakukan dua kali lipatnya sehingga dia mendapatkan kebaikan dan mendahului Abu Bakar ke tingkat Surga tertinggi.

Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shidiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.

Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu.

Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu'anhu.

Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku” Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku”

Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata, Dia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu wahai Abu Bakar”

Umar bin Khatab radhiallahu'anhu
Amirul Mukminin Umar bin Khatab radhiallahu'anhu menikahi Ummu Kultsum bin Ali radhiallahu'anhu. Suatu hari dia pergi dari rumah untuk mengetahui secara langsung keadaan rakyatnya. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang duduk dengan sedih dan gelisah di pintu masjid. Umar bertanya, “Ada apa denganmu?” laki-laki itu menjawab, “Istriku hampir melahirkan, tetapi kami tidak memiliki apapun dan tidak seorangpun bersamanya.”. Umar menanyakan rumahnya. Lalu dia menunjuk sebuah tenda di pinggiran kota Madinah. Umar pulang menemui istrinya, Ummu Kultsum seraya berkata, “Maukah kamu memperoleh kebaikan yang Allah antarkan kepadamu?” Istrinya bertanya, “Apa itu ya Amiirul Mukminin?” Umar menjelaskan, “Seorang wanita hampir melahirkan dan tidak ada yang menemaninya.” Istrinya menjawab, “Ya.”

Umar lalu mengambil tepung, mentega, dan susu kering. Dia berangkat, diikuti istrinya di belakangnya. Ketika sampai di tenda, Umar berteriak, “Wahai penghuni tenda.” Laki-laki itu keluar. Umar menyuruh istrinya masuk kepada wanita itu, sedangkan ia menyiapkan bejana dengan tepung, mentega dan susu kering. Umar meletakkannya di tungku. Dia meniup apinya dan mengaduk isinya. Apa yang ada di bejana belum juga masak, tetapi telah terdengar tangisan bayi dari dalam tenda yang diikuti suara Ummu Kultsum radhiallahu'anha, “Ya Amirul Mukminin, sampaikan berita gembira kepada temanmu, anaknya laki-laki.” Laki-laki itu terkejut. Dia berkata, “Kami telah merepotkan dan melelahkan Amirul Mukminin.”

Umar berkata, “Tidak apa-apa. Besok pagi datanglah kepada kami. Kami akan memberimu apa yang kamu perlukan untuk keluargamu.” Keesokan harinya laki-laki itu datang. Umar memberinya unta betina dan makanan yang memenuhi punggungnya. Laki-laki itu berbahagia dan berterimakasih kepada Amirul Mukminin radhiallahu'anhu. Begitulah orang besar mencetak sebuah keteladanan.


Dimbil dari “Mausu'ah Qishashis Salaf”, edisi bahasa Indonesia “Ensklopedi Kisah Generasi Salaf” karya Ahmad Salim Baduwailan, penerbit Elba.

My Pray

"I asked Allah for strength & Allah gave me difficulties to make me strong, I asked Allah for wisdom & Allah gave me problems to solve, I asked Allah for courage & Allah gave me obstacles to overcome, I asked Allah for love & Allah gave me troubled people to help, I asked Allah for favours & Allah gave me opportunities.... Maybe I recieved nothing I wanted, but I received everything I needed." Alhamdulillah :)

Kamis, 28 Januari 2010

Ikhlas atau Pamrih?

1). Jika tidak ada syurga dan neraka, apakah anda masih mau bersujud kpd Sang Khalik?
2). Jika penghargaan terhadap pekerjaan anda kurang, apakah anda masih mau bekerja maksimal?
3). Jika pasangan anda sudah tidak bisa melayani anda dengan baik, apakah anda masih mau melayani pasangan anda dengan baik?
4). Jika ketika memberikan sesuatu anda tidak mendapatkan ucapan terima kasih, apakah anda masih mau memberikan dan menolongnya?
5). Jika nilai pelajaran anak anda tidak bagus, apakah anda masih menyanyanginya?
6). Jika anda tersenyum dan anda tidak mendapatkan senyuman darinya, apakah anda masih mau tersenyum kepadanya?
7). Jika teman atau sahabat anda kurang menguntungkan anda, apakah anda masih mau menjadi teman atau sahabatnya?
8). Apakah jika orangtua kita pernah menyinggung hati anda, apakah anda masih mau menyayanginya dan membantunya sepenuh hati?
9). Apakah jika anak kita pernah menyinggung perasaan kita, apakah kita masih mau menyayanginya dan mengayominya?
10). Apakah jika kita sudah berusaha baik semaksimal mungkin kemudian usaha Anda tidak dihargainya, apakah Anda masih tetap mau berusaha semaksimal mungkin?

Cek hal lainnya, apakah anda selama ini sudah ikhlas atau pamrih?
* Salah satu indikator anda menjalani sesuatu dengan tidak ikhlas, anda biasanya sering mengeluh... ^_^

GOLONGAN YANG SELAMAT

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai." (Ali Imran: 103)

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta'at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid'ah, sedang setiap bid'ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka)." (HR. Nasa'i dan At-Tirmi-dzi)

Dalam hadits yang lain Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-jama'ah." (HR. Ahmad dan yang lain)

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya." (HR. At-Tirmidzi)

Ibnu Mas'ud meriwayatkan:
"Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, 'Ini jalan Allah yang lurus.' Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, 'Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau membaca firman Allah , 'Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa'i)

Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah berkata, "... adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits)."

Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan agar kita berpegang teguh kepada Al-Qur'anul Karim. Tidak termasuk orang-orang musyrik yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan dan kelompok. Rasulullah mengabarkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani telah berpecah belah menjadi banyak golongan, sedang umat Islam akan berpecah lebih banyak lagi, golongan-golongan tersebut akan masuk Neraka karena mereka menyimpang dan jauh dari Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. Hanya satu Golongan Yang Selamat dan mereka akan masuk Surga. Yaitu Al-Jamaah, yang berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah yang shahih, di samping melakukan amalan para sahabat dan Rasulullah .

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk dalam golongan yang selamat (Firqah Najiyah). Dan semoga segenap umat Islam termasuk di dalamnya.

Sumber: Jalan Golongan yang Selamat, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

MAHARR

Suatu ketika seorang perempuan datang kepada Rasulullah SAW dan menawarkan dirinya untuk dinikahi. Setelah memandang perempuan tersebut dengan penuh perhatian, Rasulullah pun menunduk. Mengerti bahwa Rasulullah tidak berkenan padanya, perempuan itu pun duduk.

Lalu salah seorang shahabat Rasulullah SAW berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah! Jika anda tidak ingin menikahi perempuan itu, maka nikahkanlah dia dengan saya.” Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam bertanya, “Apakah kau memiliki sesuatu untuk maskawin?”.

Laki-laki itu menjawab, “Demi Allah, saya tidak punya ya Rasulullah.” Kata Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam, “Pergilah kepada keluargamu lalu carilah apakah ada sesuatu yang bisa kau buat maskawin.” Laki-laki itu kemudian pergi dan kembali lagi, dia mengatakan, “Demi Allah, tidak ada yang bisa aku temukan untuk maskawin.” Kata Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam, “Carilah, meskipun hanya berupa cincin besi.”

Laki-laki itu pergi lagi. Lalu kembali, dia mengatakan, “Demi Allah! Ya Rasulullah! Tidak ada yang bisa saya dapatkan, sebuah cincin besi pun saya tidak punya. Saya hanya memiliki kain sarung saya ini (dalam riwayat, ia tidak memiliki selendang). Separuhnya bisa untuk maskawin perempuan tersebut.” Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam bertanya, “Bagaimana kamu bisa mempergunakan kain sarungmu? Jika kamu memakainya, perempuan itu tidak bisa memakainya, dan jika dia memakainya kamu tidak bisa memakainya.”

Laki-laki itu pun duduk. Setelah lama sekali ia duduk, kemudian ia berdiri, lalu Rasulullah melihatnya ketika sedang menyingkir. Maka Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam memerintahkan agar dia dipanggil kembali. Setelah laki-laki itu datang, Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam bertanya, Surah apa dari Al Qur’an yang kamu hafal?”

Laki-laki itu menjawab, “Saya hafal surah begini dan begini.” Dia menghitung-hitung jumlah surah yang dia hafal. Kata Nabi sholallohu’alaihi wassalam: “Bersediakah kau membacakan surah-surah itu di luar kepala sebagai maskawin?” Laki-laki itu menjawab, “Ya.” Kata Nabi sholallohu’alaihi wassalam, “Pergilah! Sungguh aku telah menyerahkan perempuan itu sebagai milikmu dengan maskawin bacaan surah-surah Al Quran yang kamu hafal.” (HR. Bukhari wa Muslim) *

Dalam nash nash syar’I tidak disebutkan seberapa batasan maksimal mahar. Meski begitu, saya lebih sepakat, hendaknya besar mahar janganlah sampai menjadi pemberat yang mempersulit proses pernikahan. Rasulullah sholallohu’alaihi wassalam pernah bersabda: “Sungguh sebaik-sebaik kaum perempuan adalah yang paling ringan maharnya.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu AbbaS)........

Selasa, 26 Januari 2010

TITIK BALIK PERUBAHAN

SEDIKIT SAJA ANAK PANAH BERGESER FOKUSNYA, MAKA AKAN TERJADI PERGESERAN SANGAT BESAR DARI TITIK BIDIK. PERUBAHAN KECIL PADA MASA SEKARANG ,AKAN MEMBAWA PERUBAHAN BESAR DIMASA YANG AKAN DATANG

***

Tersebutlah seorang pemuda ahli maksiat. Tiada satu haripun dia lalui kecuali dia gunakan untuk mabuk-mabukkan, berjudi, main wanita dan sederet kemaksiatan lainnya.
Suatu malam dia berkeliling mencari wanita yang mau diajak kencan.Pucuk dicinta ulampun tiba. Dari sebuah rumah berlentera terang, terdengar olehnya suara merdu. Pemuda itu segera tahu bahwa didalam rumah berdiam seorang wanita cantik tak bersuami, dan tanpa pikir panjang diapun segera masuk. Namun ketika sudah berada di dalam rumah, dia malah tertegun. Dia melihat wanita tersebut sedang membaca Al-quran.

Diapun semakin terhanyut, tatkala mendengar wanita itu membaca ayat ke-16 dari QS Al-Hadid (57); “BELUM TIBAKAH WAKTUNYA BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN UNTUK TUNDUK HATI MEREKA UNTUK MENGINGAT ALLAH DAN KEPADA KEBENARAN YANG TELAH TURUN KEPADA MEREKA?”
Sontak saja hati sang pemuda tergetar. Ayat itu seakan-akan ditujukan kepadanya. Hatinya yang sekian lama dibaluri karatan dosa seakan terkuak. Cahaya Iman yang telah sekian lama padam kini bersinar kembali. Saat itu, ambruklah nafsu syahwatnya. Dia tertunduk lesu dan menangis.Dia berlari ke mesjid untuk bersujud kepada Allah yang telah lama dilupakannya.

Sejak peristiwa itu, kelakuan sang pemuda berubah 180 derajat. Dia larut dalam ibadah dan mencari ilmu. Pemuda itu bernama Fudhail bin’ Iyadh. Kemudian dia dikenal sebagai Sufi dan ulama besar pada zamannya.

***

Sedikit saja anak panah bergeser fokusnya, maka akan terjadi pergeseran sangat besar dari titik balik. Perubahan kecil pada masa sekarang, akan membawa perubahan besar dimasa yang akan datang. Karena itu , kemampuan memilih sikap bisa mengubah total kehidupan seseorang dimasa datang. Itulah yang terjadi pada Fudhail bin ‘Iyadh.

Hanya lewat satu peristiwa , dia mengubah haluan hidupnya, sehingga berubah pula perjalanan nasibnya, dari seorang ahli maksiat menjadi ahli Taat yang namanya terus abadi hingga berabad-abad lamanya. “TEGURAN” dari Allah benar-benar menohok jiwanya, hingga dia tersadarkan dari tidur panjang berselimutkan kejahiliyahan.

Tiada diragukan lagi, hidayah Allah-lah yang menjadikan seseorang berubah. Namun hidayah dari Allah bukan barang Gratisan, karena ia harus dicari. Tidak bisa kita mengatakan bahwa Allah belum memberi kita hidayah, sementara hidayah Allah bertebaran dimana-mana, disetiap waktu, disetiap tempat dan disetiap peristiwa. Masalahnya mau atau tidak kita mengambilnya.

Andaikan hidayah itu Televisi, maka kita harus berikhtiar agar dapat menyalakannya.
Andaikan Hidayah itu ada di majelis Ilmu , kita harus rajin mendatanginya.
Andaikan hidayah itu ada dalam doa, rajin-rajinlah berdoa memohon hidayah.
Berdoalah untuk diri sendiri, untuk pasangan hidup, untuk orang tua, untuk anak cucu, untuk sanak saudara, serta orang-orang yang kita kenal maupun tidak kita kenal. Orang yang belum pernah berbuat baik maupun orang yang pernah menzalimi kita.

Sekali lagi Allah Ta’ala menebarkan kunci-kunci hidayah disekitar kita.
Didalam setiap peristiwa yang ditakdirkan , terkandung limpahan hidayah yang bisa membuat seseorang terbangkitkan energi dirinya.
Ada yang berubah ketika ditinggal mati orangtuanya.
Ada yang berubah ketika mendapat hinaan dari atasannya,
Ada yang berubah ketika bangkrut usahanya,
Ada yang berubah ketika mendapat nasehat dari orang berilmu,
Ada yang berubah ketika dia masuk penjara,
Ada yang berubah ketika patah hati dan dikecewakan,
Ada yang berubah ketika melihat bening mata bayi kecilnya, dsb.
Bahkan jatuhnya sebutir Apel dari pohon dapat mengubah wajah dunia secara keseluruhan, seperti yang terjadi pada Isaac newton. Jatuhnya Apel telah menginspirasinya untuk menemukan Hukum relativitas.

Yang terpenting maukah kita membuka hati dan pikiran?
Maukah kita belajar serta mau mengakui kelemahan diri?
Jika hal ini dilakukan , akan lebih mudah bagi kita untuk meraih limpahan hidayah Allah, kapanpun dan dimanapun kita berada.
Namun jika belum mau juga, tampaknya kita harus menderita terlebih dulu sebelum melakukan perubahan.
Biasanya penderitaan Efektik mengubah seseorang

***

(Dikutip dari “ Mengantar Ginjal Ke Surga” karya Eman Sulaiman )

SUAPAN PERTAMA UNTUK ANAKKU

Ada banyak cara yang berkembang di masyarakat untuk menyambut datangnya bayi. Islam mengajarkan agar bayi yang baru lahir ditahnik, yaitu memberi kurma (atau makanan manis) yang sudah dilumatkan lebih dulu.

Lahirnya seorang bayi merupakan awal dari kehidupannya di dunia. Dia mulai merasakan aktivitas hidup di dunia ini. Tentunya tak patut ayah dan ibu yang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih membiarkan hari-hari pertamanya berjalan tanpa dihiasi tuntunan syariat yang mulia ini, bahkan dikotori oleh hal-hal yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu a’alaihi wasallam.

Banyak hal dipandang oleh masyarakat sebagai adat untuk menyambut kelahiran seorang bayi. Ada yang memasang lentera di kuburan ari-ari (plasenta) bayi, ada yang memasang gunting atau senjata tajam lain di dekat kepala bayi, ada yang meletakkan rangkaian bawang dan cabai merah di atas kepala bayi, ada pula yang memasang gelang dari benang untuk penangkal bala’ bagi si bayi. Bahkan sebagian orang meyakini, kalau hal itu tidak dilakukan, maka keselamatan si jabang bayi pun terancam. Kalau sudah begini, dikhawatirkan kesyirikan akan masuk tanpa terhindarkan.

Sebenarnya apa yang harus dilakukan pada hari-hari pertama setelah kelahiran telah diajarkan oleh Allah Ta'ala. Melalui perbuatan Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam kita bisa melihat dengan jelas penetapan syariat dalam hal ini. Kita simak, apa yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap seorang bayi yang baru saja lahir, sebagaimana penuturan istri beliau, ‘Aisyah bintu Abi Bakr Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anhum :
Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke hadapan Rasulullah, maka beliau mendoakan barakah kepadanya dan mentahniknya.” (Shahih, HR Imam Bukhari no. 5468 dan Imam Muslim no. 2147)

Tahnik adalah mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan, kemudian menyuapkannya ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma, maka diganti dengan makanan manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Para ulama bersepakat bahwa istihbab (disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran seorang anak. Demikian dijelaskan oleh Imam an-Nawawi t ketika menerangkan tentang tahnik ini.

Gambaran perbuatan Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam ini bisa kita lihat dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu : “Aku membawa ‘Abdullah bin Abi Thalhah al-Anshari kepada Rasulullah pada hari kelahirannya, dan waktu itu beliau mengenakan mantelnya sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya, “Apakah engkau membawa kurma?” Aku menjawab, “Ya.” Kemudian kuberikan pada beliau beberapa buah kurma, lalu beliau masukkan ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian beliau membuka mulut bayi dan meludahkan kurma itu ke mulut bayi itu. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan lidahnya untuk merasakan kurma tersebut. Maka Rasulullah bersabda, “Kesukaan Anshar adalah kurma.” dan beliau memberinya nama ‘Abdullah. (Shahih, HR Imam Bukhari no. 5470 dan Imam Muslim no. 2144)

Hadits Anas bin Malik di atas juga memberikan penjelasan kepada kita bahwa tahnik dilakukan dengan menggunakan kurma, dan ini yang disenangi. Apabila dilakukan dengan selain kurma, maka tahnik itu pun telah terlaksana, namun kurma lebih utama. Dari sini pula kita memetik faidah bahwa tahnik dilakukan oleh orang yang shalih, baik laki-laki ataupun perempuan. (Syarh Shahih Muslim)

Begitu pula bisa kita simak kisah-kisah tentang pelaksanaan tahnik yang datang dari sahabat-sahabat yang lainnya. Abu Musa al-Asy’ari z menceritakan:
Telah lahir anak laki-lakiku, lalu aku membawanya kepada Nabi shallallahu a’alaihi wasallam, kemudian beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma. (Shahih, HR Imam Bukhari no. 5467 dan Imam Muslim no. 2145)

Asma’ bintu Abi Bakr radhiyallahu ‘anhum mengisahkan ketika dia mengandung anaknya, ‘Abdullah ibnu az-Zubair di Mekkah :

“Dia mengatakan: Aku keluar (untuk hijrah), sementara telah dekat waktuku melahirkan. Maka aku pergi ke Madinah dan aku singgah di Quba’, serta melahirkan di sana. Kemudian aku mendatangi Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam, lalu beliau meletakkan anakku di pangkuannya. Kemudian beliau meminta kurma, dan mengunyahnya lalu meludahkannya ke dalam mulut anakku. Maka yang pertama kali masuk ke perutnya adalah ludah Rasulullah. Beliau mentahniknya dengan kurma, kemudian mendoakannya dan memintakan barakah baginya. Dan dia adalah bayi pertama yang dilahirkan dalam Islam (dari kalangan Muhajirin). (Shahih,, HR Imam Bukhari no. 5469 dan Imam Muslim no. 2146)

Kisah Asma’ radhiyallahu ‘anha ini memberikan faidah kepada kita tentang disenanginya mendoakan bayi yang dilahirkan itu ketika tahnik. (Syarh Shahih Muslim)

Tak luput dari perhatian kita, semua yang kita simak dari Anas bin Malik, Abu Musa al-Asy’ari serta Asma’ bintu Abi Bakr radhiallahu ‘anhum di atas menunjukkan bolehnya memberi nama anak pada hari kelahirannya. Ini pun diperkuat oleh penuturan sahabat yang mulia, Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu :

“Didatangkan al-Mundzir putra Abu Usaid ke hadapan Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam ketika dia dilahirkan. Maka Nabi shallallahu a’alaihi wasallam meletakkannya di atas pangkuannya, sedangkan Abu Usaid duduk. Pada waktu itu Rasulullah sedang sibuk sehingga Abu Usaid memerintahkan agar anaknya dibawa kembali, maka anak itu diangkat dari pangkuan Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam dan mereka pun mengembalikannya pada Abu Usaid. Ketika Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam selesai dari kesibukannya, beliau bertanya, “Di mana bayi tadi?” Abu Usaid pun menjawab, “Kami membawanya kembali, ya Rasulullah!” Lalu beliau bertanya, “Siapa namanya?” Jawab Abu Usaid, “Fulan, ya Rasulullah!” Beliau pun bersabda, “Tidak, akan tetapi namanya Al-Mundzir.” Kemudian pada hari itu beliau memberinya nama Al-Mundzir. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2149)
Inilah tuntunan syariat bagi setiap orang tua yang mengharap kebaikan bagi anaknya. Tak layak semua ini dilewatkan begitu saja, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu a’alaihi wasallam..
Wallahu ta’ala a’lam.

Makna Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)

Allah Ta'ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul Ala, sebelum mereka diadakan. Maka Allah berfirman, ''Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat''. Maksudnya, Hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu'', ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi'', yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, ''Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi'' (Fathir: 39). Itulah penafsiran khalifah yang benar, bukan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam merupakan khalifah Allah di bumi dengan berdalihkan firman Allah, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.''

Abdur Razaq, dari Muammar, dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan firman Allah, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya'', Seolah-olah malaikat memberitahukan kepada Allah bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak diizinkan-Nya.

Ibnu Juraij berkata bahwa sesungguhnya para malaikat itu berkata menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan Adam. Maka malaikat berkata, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu oranig yang akan membuat kerusakan padanya?''.

Ibnu Jarir berkata, ''Sebagian ulama mengatakan, 'Sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah dibentahukan kepada mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?'' Sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa di antara keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka, Allah berkata, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,'' yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan spesies yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan di antara mereka para nabi, rasul, orang-prang saleh, dan para wali.

Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa’i berkata dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsiernya :
Saya berpendapat bahwa konsep khalifah mengharuskan secara pasti tiadanya pihak yang digantikan, baik tiadanya itu secara total atau hanya sebagian, baik tiadanya itu karena kematian, perpindahan, dicopot, mengundurkan diri, atau karena sebab lain yang membuat pihak yang digantikan tidak dapat melanjutkan aktivitasnya. Misalnya Anda berkata: ''Abu Bakar merupakan khalifah Rasulullah shalallahu wa’alaihi wa sallam'' yakni setelah Rasul meninggal. Atau Anda berkata: ''Rasulullah menjadikan Ali sebagai khalifah di Madinah,'' yaitu ketika Nabi shalallahu wa’alaihi wa sallam pergi dari Madinah untuk melakukan salah satu perang. Bila konsep ini telah jelas dan melahirkan kepuasan, maka orang yang merasa puas tadi akan menemukan kekeliruan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam dijadikan Allah sebagai khalifah-Nya di bumi. Kekeliruan itu disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
Adalah mustahil tiadanya Allah dari kerajaan-Nya, baik secara total maupun sebagian. Dia senantiasa mengurus langit dan bumi dan tidak ada suatu perkara seberat Dzarrah pun yang ada di langit dan di bumi yang terlepas dari pengetahuan-Nya. Jadi, Dia tidak membutuhkan khalifah, wakil, pengganti, dan tidak pula butuh kepada pihak yang ada di dekat-Nya. Dia Mahakaya dari semesta alam.


Jika keberadaan Adam atau jenis manusia itu layak untuk menggantikan Allah, maka dia harus memiliki sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah Ta'ala, dan Mahasuci Allah dari sifat-sifat yang dapat diserupai manusia. Jika manusia, sebagaimana seluruh makhluk lainnya, tidak menyandang sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah, bahkan makhluk tidak memilikinya, sedangkan Allah Maha Sempurna pada seluruh sifat-Nya, maka terjadilah ketidaksamaan secara total. Maka bagaimana mungkin orang yang berkekurangan menggantikan pihak Yang Mahas Sempurna? Maha Suci Allah dari adanya pihak yang menandingi dan menyerupai. ''Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'' (asy-Syuura: 11)


Adalah sudah pasti bahwa manusia tidak layak menjadi khalifah atau wakil Allah, bahkan hal sebaliknyalah yang benar, yaitu Allah sebagai khalifah dan wakil. Simaklah beberapa firman berikut ini. ''Cukuplah Allah menjadi Wakil (Penolong) kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung''(Ali Imran: 173). ''Dan Allah Maha Mewakili segala sesuatu.''(Hud: 12). ''Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.''(At-Thalaq: 3). ''Dan cukuplah Allah sebagai Wakil''(An-Nisa': 81) Dalam hadits mengenai doa bepergian, Nabi shalallahu wa’alaihi wa sallam bersabda, ''Ya Allah, Engkaulah yang menyertai perjalanan dan yang menggantikan dalam mengurus keluarga (yang ditinggalkan)''


Tidak ada satu dalil pun, baik yang eksplisit, implisit, maupun hasil inferensi, baik di dalam Al-Qur'an maupun Sunnah yang menyatakan bahwa manusia merupakan khalifah Allah di burni, karena Dia berfirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi''. Ayat ini jangan dipahami bahwa Adam ‘alaihis salam adalah khalifah Allah di bumi, sebab Dia bertirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.'' Allah mengatakannya demikian, dan tidak mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan, untuk-Ku, seorang khalifah di bumi'', atau Dia mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah bagi-Ku di bumi'', atau ''menjadikan khalifah-Ku''. Dari mana kita menyimpulkan bahwa Adam atau spesies manusia sebagai khalifah Allah di bumi? Ketahuilah, sesungguhnya urusan Allah itu lebih mulia dan lebih agung daripada itu, dan Maha Tinggi Allah dari perbuatan itu. Namun, mayoritas mufasirin mengatakan, ''Yakni, suatu kaum menggantikan kaum yang lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi.''

Ulama lain menafsirkan ayat di atas dengan ''menjadikan sebagai khalifah bagi makhluk sebelumnya yang terdiri atas jin atau makhluk lain yang mungkin berada di muka bumi yang ada sebelum spesies manusia.

Penafsiran yang pertama adalah lebih jelas karena dikuatkan dengan AlQur'an dan Sunnah. Adapun orang yang berpandangan bahwa yang dimaksud dengan khilafah ialah khilafah dalam penetapan hukum semata, maka pandangan ini tidak dapat diterima. Karena hukum yang valid ialah yang bersumber dari wahyu yang telah ditetapkan Allah, bukan hukum si khalifah, namun hukum Allah, dan hukum itu merupakan sarana penghambaan kepada Allah. Alangkah jauhnya jarak antara ibadah dengan perwakilan dan kekhilafahan. Jadi, jelaslah bahwa orang yang menghukumi itu tiada lain hanyalah menetapkan hukum Allah, bukan inenggantikan-Nya.


Referensi:
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier, Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa'i

Senin, 25 Januari 2010

KECIL Nan TULUS

Seusai salam sholat jum'at di Masjid Jami di salah satu Universitas Islam, daerah Ciputat, para jama'ah diminta kesediaan untuk mensholatkan jenazah. Jenazah diminta dibawa masuk ke dalam masjid dan ditempatkan di depan. Ketika berdiri dan mencari shof lebih di depan yang telah ditinggalkan jama'ah yang tidak ikut sholat jenasah, badanku terasa bergetar, "Ya Allah, aku iri dengan jenasah ini. Engkau buat ia meninggal di hari Jum'at sehingga ia dapat disholatkan oleh jama'ah sebanyak ini", seruku dalam hati.

Nama jenasah ini Bapak Ramdhan, apa amal almarhum yang membuat ia dapat kemudahan seperti ini? Wah, iri aku jadinya.

Tetapi setelah itu, aku mencoba kembali berpikir setelahnya. Kita boleh iri terhadap berapa hal, pertama iri kepada orang berilmu yang mengamalkan dan mau membagi ilmunya, kemudian orang kaya yang dermawan, dan iri pada orang miskin yang sabar dan mau berderma.

Entah amal apa yang membuat Pak Ramdhan ini dapat keberuntungan seperti ini. Mungkin tidak amal besar yang dihandalkan Pak Ramdhan, tapi mungkin amal kecil yang dikerjakan dengan tulus dan konsisten.

Aku jadi teringat, beberapa minggu yang lalu ketika aku berangkat ke Gorontalo, bertemu dua orang yang berbeda profesi dan bertolak belakang persepsi serta kebiasaannya.

Pertama seorang bapak yang gaji per bulannya diatas dua puluh dua juta rupiah menjabat sebagai direksi di multinational corporate di Gorontalo, dan satunya seorang bapak yang gajinya hanya lima ratus ribu yang menjadi guru madrasah ibtidayah di desa Kembang Lor, Gorontalo.

Bapak Guru sudah naik haji, sedangkan Bapak Direksi belum naik haji.

ketika bertanya kepada bapak direksi, "Bagaimana saya akan naik haji? Sekarang ini pengeluaran saya sangat banyak, dan ditambah lagi kesibukan saya saat ini", jelas Bapak Direksi. Jika mengetahui rincian pengeluarannya memang sangat luar biasa, contohnya biaya listrik rumahnya saja perbulan dua juta rupiah.
Sebaliknya Bapak Guru, "Saya naik haji karena menabung setiap bulannya dua ratus ribu rupiah".

Aku terperanjat mendengarnya karena tidak mungkin secara logika seseorang yang sudah berkeluarga dengan gaji lima ratus ribu rupiah bisa menabung dua ratus ribu rupiah.
"Saya seorang guru, terkadang orang tua murid membayar sekolah atau mengirimi kami bahan makanan atau makanan sudah jadi, hal itu sering terjadi sehingga kami bisa menghemat", urainya tentang bagaimana dia bisa menabung.

kemudian, Bapak Guru mendapatkannya, ”Tugas saya sederhana, memberikan yang terbaik dalam mendidik setiap murid saya".
Aku semakin paham perbedaan dua bapak di atas setelah semalam menonton acaranya Mario Teguh. Ada kutipan di layar TV yang tertulis "Jika orang mencari kebahagiaan, maka kebahagiaan ada di luar dirinya. Tapi jika orang mensyukuri kebahagiaan maka kebahagiaan itu sudah ada dalam dirinya".

Bapak Direksi melihat hidup adalah BEBAN sehingga ia BEKERJA KERAS terus untuk MENGATASInya.

Sedang Bapak Guru melihat hidup adalah WUJUD TANGGUNG JAWAB-nya sehingga ia berusaha MEMBERI yang TERBAIK, akibatnya dia memberi dengan TULUS dan MENIKMATI hidupnya.

Apa amal dan cara hidup Pak Ramdhan mirip dengan Bapak Guru? Entahlah, tugasku sebagai sesama muslim mensholatkan, maka sesudah mensholatkan aku ikut mengangkat kerandanya ke mobil ambulan.
Semoga Allah SWT menemukan kami di Jannatun Na’im. Amin.

Jakarta, 22 Januari 2010.
11.01. pm

Bungsu Tidur

Kamis, 21 Januari 2010

Komunikasi Dalam Mengajar

KOMUNIKASI DALAM MENGAJAR
Dulu waktu saya jadi murid, guru saya yang banyak bicara sementara saya lebih banyak diam. Sekarang, dalam profesi sebagai pengajar di beberapa kelas pelatihan, mau tidak mau saya juga harus berbicara, terutama pada waktu menjelaskan sebuah konsep.

Rasanya masih segar dalam ingatan saya, sebuah peristiwa di masa SD dulu. Ada murid yang dilabel nakal oleh guru-guru. Begitu terkenal si murid ini akan kenakalannya, sehingga seringkali ia dituduh melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dia lakukan. Murid-murid lain (kalau berani) juga dengan mudah menimpakan kesalahan pada dia. Guru-guru juga sudah memiliki prasangka pada murid tersebut. Dalam berkata-kata kepada murid tersebut, yang terdengar hanya larangan dan bentakan. Hampir tidak ada guru yang berkata manis pada dia. Anak itu akhirnya tinggal kelas.

Entah kenapa saya bersimpati pada murid tersebut. Saya kemudian tahu dia dari keluarga kurang mampu, ayahnya penjual kompor minyak tanah dan ibunya buruh cuci. Secara ekonomi memang tidak memadai karena saudaranya ada 5. Saya lalu ajak dia main ke rumah. Saya pinjami buku-buku yang sudah tidak diperlukan karena saya naik kelas. Dia berjanji akan mengembalikan setelah 1 tahun pelajaran. Saya juga punya beberapa kelebihan buku tulis, yang juga saya serahkan pada dia. Ternyata dia jago main gitar, dan bersedia mengajari saya.

Kami berbicara banyak hal. Sambil dia bernyanyi di pucuk pohon cemara, kadang-kadang saya membantunya memahami pelajaran, sesekali ibu datang membawa gorengan. Wah indah betul persahabatan saat itu. Dan saya menemukan bahwa teman saya ini ternyata mampu menyerap materi pelajaran dengan cepat. Hampir setiap hari kami bertemu. Dia selalu datang naik sepeda, dengan membawa gitar bikinan sendiri dan tas berisi buku pelajaran.

Di akhir tahun pelajaran, dia berhasil naik kelas dan masuk 3 besar. Semua orang termasuk guru-gurunya heran dengan prestasinya ini. Lalu dia benar-benar menepati janjinya mengembalikan buku setelah 1 tahun pelajaran lewat dan berkata bahwa dia senang dengan persahabatan ini. Untuk pertama kalinya menurut dia, ada orang mau berkomunikasi kepada dia secara positif. Tidak melarang, tidak berprasangka, mau menghargai dan menerima pendapat orang. Dan justru dengan cara seperti ini, dia mau mengubah dirinya.

Pada saat mendengar kata-katanya itu, saya sungguh-sungguh terharu dan menyadari sepenuhnya bahwa apa-apa yang kita ucapkan keluarkan dari mulut kita benar-benar seperti pedang bermata dua. Kata-kata kita bisa berakibat menghancurkan seseorang tetapi juga bisa membangun seseorang.

Sungguh sebuah pelajaran berharga yang bisa saya tangkap dan saya ingat-ingat betul sampai sekarang. Dan terbawa pada waktu saya harus mengajar di depan kelas. Ada orang bijak yang bilang bahwa kita bisa berjalan di sebelah kiri jalan atau di sebelah kanan jalan. Tapi kita tidak bisa berjalan di tengah jalan. Demikian pula akibat dari kata-kata kita. Bisa berakibat baik atau buruk terhadap seseorang dan tidak pernah berakibat setengah-setengah.

Kata kita pilihan kita. Kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah hasil dari sebuah proses yang tidak sederhana. Dalam menentukan kata apa yang akan dikeluarkan, ada ruang untuk memilih. Jadi kata yang keluar adalah pilihan kita sendiri.

Harus diakui kadang-kadang kita ’memilih untuk menyakiti’ lawan bicara kita. Kita sengaja menggunakan kata-kata yang kita tahu akan meyakiti hatinya, menjatuhkan harga dirinya, dan membuat dia terluka.

Harus diakui pula bahwa menggunakan kata-kata positif untuk tujuan baik bukan hal yang mudah. Jika ada orang berbuat salah atau mendapat hasil yang jelek, kita cenderung menyalahkan dan merendahkan. Pernah seorang teman mengomentari hasil rapor anaknya yang kebetulan jelek : Hey, that’s a silly things for a clever person like you.

Harus diakui pula bahwa kadang-kadang dalam peran sebagai pengajar, seperti ada kekuasaan atau otoritas lebih. Perasaan ini yang menggoda kita untuk mencela peserta didik yang bodoh (dasar tukang bengong kalau di kelas), menggunakan kata-kata yang meneror (masa gitu aja nggak bisaa…!!), mengancam (kalau kelas ini nggak bisa diam, akan dijemur semuanya !), atau menghukum (sekarang tuliskan : Saya memang anak bandel 100 x).

Mengingat dampak dari kata-kata kita sebagai pengajar terhadap anak didik, maka sebaiknya kita betul-betul memilih kata-kata yang tidak akan menghancurkan dia (bodoh, payah, dungu, keterlaluan, nggak pakai otak, dsb), tapi justru mendorong atau memacu dia (ayo kamu pasti bisa, sedikit lagi benar, jangan takut, wah hebat, semangat, dsb).

Bagaimana supaya kita bisa menggunakan kata-kata yang positif dalam mengajar ?

1. Persiapan
Persiapkan diri Anda sebaik-baiknya. Kuasai materi, kalau sempat latihan sebentar untuk membawakan di rumah.

2. 10 di dahi
Bayangkan Anda melihat angka 10 sebagai simbol kesempurnaan di dahi setiap peserta didik Anda. Ini akan membantu Anda mengubah cara pandang terhadap anak didik menjadi lebih positif, sehingga berakibat pemilihan kata akan lebh baik.

3. Big Me Big You
Tempatkan posisi psikologis Anda sejajar dengan peserta didik. Jangan merasa Anda lebih pandai atau lebih penting dari siapapun di kelas.Datanglah dengan mentalitas bahwa Anda juga ingin belajar. Dengan demikian Anda akan menghormati mereka dan akan memilih kata-kata yang pantas.

4. Dare to Fail
Jangan takut untuk gagal. Lebih penting memaknai proses belajar apa yang ada dari setiap kegagalan. Beri ruang pada murid untuk gagal. Dari sinila mereka akan belajar. Kalau mereka gagal, jangan dicela atau dimarahi. Ajak mereka menemukan dimana kesalahannya dan bagaimana memperbaikinya.

5. Rehearse rehearse and rehearse
Usahakan dalam pembicaraan sehari-hari (kepada teman, anak, kolega) menggunakan kata-kata positif. Hindari gosip dan membicarakan orang di belakang dia.

Meskipun berat, mari kita mencoba berkata-kata dengan tujuan yang baik kepada peserta didik kita. Mari memilih kata-kata yang positif. Karena akan baik untuk kita dan baik untuk mereka.

Lima Tahapan Kehidupan Yang Dialami Manusia

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin


Dinamakan dengan hari akhir karena sudah tidak ada hari lagi sesudahnya dan ini adalah tahapan akhir yang dialami manusia. Dan manusia itu mengalami lima tahapan kehidupan:


Tahapan ketiadaan, kemudian tahapan di alam rahim, kemudian alam dunia, dan kemudian alam barzakh, dan kemudian alam akhirat.


1. Tahapan ketiadaan adalah sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah Tabaroka wata'ala,


هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا


"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" (al Insan: 1)


Dan Allah Ta'ala berfirman,


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ


"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." (al Hajj: 5)


2. Adapun tahapan alam rahim, Allah Subhanahu wata'ala berfirman,


يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ


"Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (az Zumar: 6)


3. Adapun tahapan kehidupan dunia, Allah Subhanahu wata'ala berfirman,


وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (an Nahl: 78)


Dan pada tahapan inilah yang menentukan bahagia dan celakanya dan merupakan negeri ujian dan cobaan sebagaimana firman Allah Tabaroka wat'ala,


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ


"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (al Mulk: 2)


4. Adapun tahapan alam barzakh, Allah Subhanahu wata'ala berfirman tentangnya,


لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ


"Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan" (al Mukminun: 100)


5. Adapun tahapan kehidupan akhirat adalah tahapan tujuan dan ujung dari semuanya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman setelah menyebutkan tahapan- tahapan kehidupan manusia,


ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ


"Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat." (al Mukminun: 16)


Mengimani apa-apa yang akan terjadi setelah kematian


Berkata penulis (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah):
Beriman dengan segala yang dikabarkan nabi Shallallahu'alaihi wasallam dari apa-apa yang akan terjadi setelah kematian.


Semua ini masuk dalam keimanan dengan hari akhir. Yang demikian itu karena manusia apabila telah mati dia akan memasuki hari akhir tersebut, sehingga dikatakan: orang yang telah mati itu telah terjadi kiamatnya. Dan segala sesuatu yang terjadi seelah kematian adalah termasuk bagian dari hari akhir. Kalau demikian betapa dekatnya hari akhir dengan kita, tidaklah ada pembatas antara kita dengan hari akhir kecuali kematian manusia. Kemudian kita masuk ke dalam hari akhir yang mana tidak ada di sana kecuali balasan-balasan amalan. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk memperhatikan perkara ini.


Pikirkanlah wahai manusia. Engkau mendapati dirimu dalam bahaya, karena maut itu tidak seorangpun di antara kita yang mengetahui kedatangannya. Terkadang seseorang keluar rumahnya akan tetapi dia tidak kembali lagi ke rumahnya. Terkadang ada manusia yang duduk di atas kursi di kantornya tetapi dia tidak bisa bangkit lagi darinya. Terkadang seseorang tidur di atas kasurnya akan tetapi tidurnya membawanya ke atas tempat pemandian jenazah. Dan ini adalah perkara- perkara yang mewajibkan kita untuk memanfaatkan kesempatan umur kita untuk bertaubat kepada Allah Azza wajalla dan agar manusia itu terus menerus merasakan dirinya bertaubat kepada Allah Azza wajalla dan kembali kepada-Nya. Sehingga jika datang ajalnya dia dalam keadaan baik amalannya seperti yang dia cita-citakan.


[Dinukil dari kitab Syarah Aqidah Al Wasithiyah bab al iman bil yaumil akhir, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Edisi Indonesia Ada Apa Setelah Kematian? Menelusuri Kejadian-Kejadian Setelah Hari Kiamat, Penerjemah Abu Hafsh 'Umar Sarlam Al Atsary, Penerbit Pustaka Al Manshurah Poso, hal. 13-17]